PLNWatch.WahanaNews.co | PLN menggalakan program electrifying agticultural melalui Budidaya menggunakan teknik hidroponik dalam container farming dan agro electrifying dilakukan tanpa menggunakan tanah dan dilakukan dalam container dengan memanfaatkan teknologi dari sinar ultra violet (UV).
Dukungan diberikan melalui CSR PLN Peduli berupa Container Farming dan Grow Light LED Buah Naga untuk Kelompok Tani (Poktan) Rumpaka yang mengelola pertanian perkotaan di Agroeduwisata Ragunan.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
General Manager PLN UID Jakarta Raya Doddy B Pangaribuan menyampaikan bahwa program Container Farming dan Agro Electrifying di Agroeduwisata Ragunan memenuhi beberapa aspek dalam Sustainibility Developement Goals (SDGs) antara lain ketahanan pangan, edukasi, inovasi dan infrastruktur, kota dan komunitas beekelanjutan, serta kemitraan untuk mencapai tujuan.
“PLN Peduli memberikan pendampingan dan pembinaan kepada Kelompok Tani Rumpaka untuk mengoptimalkan metode container farming dan agro electrifying dengan tujuan agar lebih produktif,” ujar Doddy di Kantor PLN UID Jakarta Raya, Kamis, (23/6/2022).
Tim pendamping Kelompok Tani Rumpaka Zakaria menjelaskan metode container farming merupakan metode baru dalam bercocok tanam.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Mengedepankan aspek inovasi teknologi dan meningkatkan kualitas sayuran menjadi metode ini sebagai solusi pertanian di tengah perkotaan.
Kelebihan container farming, kata Zakaria, dengan metode ini membuat sayuran hidroponik lebih cepat panen karena mendapat lingkungan yang terkontrol pencahayaan dan suhunya selama 24 jam penuh.
“Jadi bedanya, di luar sama container. Pertama lebih steril dan higienis. Karena mereka kan tertutup rapat minim kontaminasi. Kalau di luar kan ada faktor suhu dan kontain baik hama dan penyakit. Jadi bener bener melalui container farming membangun ruang menanam yang steril dan bersih,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan untuk bisa menjalankan metode pertanian ini memang sangat bergantung pada listrik.
Sebab, untuk bisa merekayasa enviroment seperti cahaya, kelembapan suhu serta pompa air untuk sirkulasi air hidroponik semua bergantung pada listrik.
Kontainer berisi rak-rak hidroponik yang dilengkapi dengan lampu Grow Light LED sebagai pengatur cahaya dan sinar UV.
Selain itu dipasang air conditioner (AC) untuk mengatur suhu dan kelembapan yang sesuai dengan jenis tanamannya.
“Untuk satu project container farming butuh Lampu LED 10 watt. Kita pakai 240 lampu. Selain itu untuk kebutuhan listrik blower, sekitar 4.000 VA. Untuk AC 1.000 VA. Jadi total 5.500 VA,” ungkapnya.
Pada udara terbuka, sayuran hidroponik seperti pokcoy mempunyai masa tanam 30-45 hari hingga panen. Sedangkan di dalam kontainer, waktu tanam bisa dipangkas hanya 25-30 hari.
“Keunggulan metode ini selain kecepatan masa tanam yaitu tanaman lebih steril bebas hama serangga serta binatang lainnya yang memakan tumbuhan,” ujarnya.
Tanaman ditanam menggunakan rak hidroponik bersusun sehingga pada luas lahan yang sama akan mendapat hasil yang lebih banyak dibanding menanam langsung di tanah.
Dalam menanam, masyarakat tidak bergantung lagi pada musim karena berada di ruangan tertutup yang cahaya dan suhunya terkontrol.
Sehingga masyarakat juga bisa menanam berbagai jenis tanaman dari dataran tinggi yang bersuhu dingin.
PLN Peduli dan Kelompok Tani Rumpaka berkolaborasi dalam menginisiasi Container Farming di Agroeduwisata Ragunan dan menjadi yang pertama di Ibukota Jakarta.
Tujuannya, sebagai sarana edukasi masyarakat tentang pertanian berbasis ruangan, terutama kota besar seperti Jakarta yang lahannya mulai terbatas. [Tio]