PLNWatch.WahanaNews.co | Perlu ada penghitungan biaya investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap bagi pengembang atau developer properti.
Vice President Director PLN Hikmat Drajat mengatakan perhitungan biaya tersebut perlu dilakukan oleh pengembang karena pemasangan PLTS merupakan investasi jangka panjang.
Baca Juga:
Maraknya Penyalahgunaan Arus untuk 'Strum' Manusia, ALPERKLINAS Desak PLN Perketat Pengawasan
“Agar pengembang dapat menentukan biaya investasi yang perlu digelontorkan untuk memasang PLTS atap, pengembang perlu menghitung untuk membandingkan biaya instalasi PLTS atap dengan biaya pembayaran listrik PLN. Ini perlu dilakukan karena instalasi PLTS atap merupakan investasi jangka panjang, yakni 10 sampai 15 tahun,” papar Hikmat kepada media beberapa waktu lalu.
Menurut Hikmat, harga PLTS atap saat ini sudah lebih terjangkau dibandingkan dengan lima tahun lalu sehingga tidak memberatkan pengembang.
“Lima tahun lalu, harga PLTS atap mencapai Rp 24 juta per kWp. Sekarang, harga PLTS atap rata-rata Rp 15 juta per kWp, sehingga tidak memberatkan developer,” ungkap Hikmat.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Soroti Ancaman 'Power Wheeling' dalam RUU EBET Prolegnas 2025
Adapun pengeluaran pengguna PLTS atap, menurut Hikmat, dapat diketahui melalui penghitungan PLTS atap selama jangka waktu tertentu.
“Harga PLTS atap sekarang di kisaran Rp 15 juta per kWp. Artinya harus dihitung untuk 1 kWp yang dihasilkan PLTS atap tersebut bisa memproduksi listrik berapa kWh per bulan. Selanjutnya, umur PLTS atap di-set misalnya untuk 10 tahun, maka bisa dihitung biaya rata-rata per kWh per bulan,” urainya.
Hikmat menjelaskan pengembang yang ingin memasang PLTS atap di perumahan dapat mengajukan permohonan sesuai dengan ketentuan pada Permen ESDM No. 26 Tahun 2021.
“Developer yang ingin memasang PLTS atap harus mengajukan permohonan pembangunan dan pemasangan Sistem PLTS atap kepada Pemegang IUPTLU [Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum] dengan tembusan kepada Dirjen EBTKE dan Dirjen Ketenagalistrikan,” ucap Hikmat.
Hikmat mengatakan dengan memasang PLTS atap, maka listrik yang dihasilkan pada siang hari bisa diekspor atau ditransfer ke PT PLN (Persero) dan malamnya konsumen bisa kembali mengambil listriknya dari PLN.
Kalau memasang PLTS atap, karena konsumsi listrik pada siang hari lebih rendah dibandingkan malam, listrik ini disalurkan dulu ke PLN, pada malam hari pelanggan bisa mengambil dari PLN,” jelas dia.
Dia menyarankan bagi pelanggan yang ingin memasang PLTS atap, sebaiknya memilih PLTS non-baterai.
“Pelanggan bisa memilih PLTS non-baterai, selanjutnya membeli appliances yang memiliki baterai kecil, itu jauh lebih murah jadi tidak tergantung grid PLN, bisa menjadi saving,” jelasnya.
Sebelumnya, Executive Vice President Komunikasi Korporat PLN dan TJSL PLN Diah Ayu Permatasari menegaskan PLN selalu mendukung pengembangan PLTS atap untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT).
“Sebagai bentuk komitmen PLN mendukung pengembangan PLTS atap, hingga April 2022, tercatat ada 5.547 pelanggan PLN dengan total kapasitas PLTS sebesar 60.112 kWp,” kata Diah.
Kementerian ESDM telah menetapkan PLTS atap dengan target 3,6 gigawatt pada 2025 sebagai program strategis nasional.
Penetapan PLTS atap sebagai program strategis nasional bertujuan mempercepat pencapaian target energi terbarukan sebesar 23% pada 2025. [Tio]