PLNWatch.WahanaNews.co | Risiko menipisnya persediaan nikel dalam negeri akibat permintaan pasar yang tinggi terhadap mobil listrik dinilai mesti diantisipasi dengan strategi yang komprehensif.
Corporate External Affairs Director PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan menahan laju ekspor nikel saja tidak cukup untuk menepis risiko tersebut.
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Menurutnya, diperlukan juga peningkatan mutu industri hulu nikel di dalam negeri sehingga komoditas tersebut bisa dihilirisasi serta memiliki nilai tambah.
"Kalau bisa diolah dalam negeri untuk memberikan nilai tambah akan lebih baik. Jangan dilarang ekspor tapi tidak ada hilirisasi dalam negeri," ujarnya kepada media, Minggu (5/6/2022).
Mengutip laporan Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor nikel Indonesia periode Januari 2022 - April 2022 mengalami pertumbuhan berlipat ganda seperti halnya tren penjualan kendaraan listrik global tahun lalu.
Baca Juga:
Neta Luncurkan Model Ketiga Mobil Listrik di Indonesia, Dukung Pengurangan Emisi Karbon
Nilai ekspor nikel Indonesia periode Januari 2022 - April 2022 naik hingga 343,48 persen secara tahunan. Nilai ekspor nikel RI Januari 2022 - April 2022 mencapai US$1,26 triliun, sedangkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$248 miliar.
Peningkatan nilai ekspor tersebut menyusul tren penjualan mobil listrik di pasar global tahun lalu.
Mengutip pemberitaan Bisnis.com, total penjualan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) global pada 2021 tumbuh berlipat dari tahun sebelumnya yakni mencapai 6,3 juta unit.
Kekhawatiran terhadap menipisnya persediaan komoditas nikel tersebut diakui juga sudah mulai menjadi perhatian pelaku industri di Tanah Air.
Terkait dengan kondisi tersebut, dia menilai pelaku industri otomotif perlu membuat neraca komoditas sebagai basis data yang menggambarkan sisi konsumsi dan produksi secara komprehensif. Dikutip Bisnis.com. [Tio]