PLNWatch.id | PT PLN (Persero) meresmikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Hybrid di Desa Parak, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Proyek dengan investasi senilai Rp 39,5 miliar ini merupakan hasil kerja sama antara PLN, PT Bakrie Power, PT Dipa Jaya Sejahtera, dan PT Syntek Otomasi Indonesia.
Baca Juga:
Waspada Banjir, Ini Tips Amankan Listrik saat Air Masuk Rumah
Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara PLN Adi Priyanto mengatakan pembangunan PLTS akan menjadi trigger pengembangan inovasi untuk peningkatan mutu pelayanan kelistrikan, khususnya di daerah kepulauan.
“Pembangunan PLTS yang merupakan pembangkit energi baru dan terbarukan adalah wujud komitmen PLN dalam memasuki transisi energi menuju energi hijau,” kata Adi dalam keterangannya, Sabtu, (16/4/2022).
PLTS hybrid diresmikan oleh Bupati Kepulauan Selayar Muhammad Basli Ali dan General Manager PLN Wilayah Sulselbar Awaluddin Hafid. Awaluddin berujar PLTS ini memiliki kapasitas 1,3 Mega Wattpeak (Mwp) diklaim merupakan yang terbesar dan tercanggih di Sulawesi Selatan.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
Adapun PLTS dibangun di atas lahan seluas 1,46 hektare. Keberadaan PLTS akan diperluas di daerah lain, yaitu di Kecamatan Pasilambena, Pasimasunggu, Takabonerate, dan Kecamatan Pasimarannu.
“Kami berharap, di samping memenuhi kebutuhan listrik masyarakat, PLTS hybrid menjadi sarana pendukung kemajuan pariwisata serta mampu mendorong pembangunan ekonomi masyarakat Kepulauan Selayar,” kata Awaluddin.
Adapun Direktur Utama PT Bakrie Power Dody Taufiq Wijaya mengatakan perusahaannya akan terus mengerjakan proyek pembangkit listrik berbasis EBT di Indonesia.
Dia berharap kelak akan banyak proyek EBT dalam skala lebih besar yang dibangun di dalam negeri.
“Kami berharap akan ada semacam efek domino dari proyek pionir ini, dan dapat diikuti pembangkit sejenis di seluruh wilayah di Indonesia,” katanya.
PLTS hybrid, kata dia, akan menjadi daya tarik bagi para investor dan technology provider.
“Pada akhirnya, proses ini akan membantu percepatan terciptanya ekosistem EBT yang ideal di Indonesia,” tutur dia. [Tio]