PLNWatch.id | Presiden Joko Widodo meresmikan The 10th Indonesia Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) ConEx 2021 dalam upacara pembukaan secara langsung dari istana Negara, Senin (22/11/2021).
Acara pembukaan kegiatan tahunan ini juga ditampilkan secara virtual melalui zoom.
Baca Juga:
20 Oktober 2024: Melihat Nasib Konsumen Pasca Pemerintahan 'Man Of Contradictions'
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengatakan bahwa tahun lalu tema bagaimana skenario global untuk masuk transisi energi sebenarnya sudah masuk. Namun belum ketemu jurusnya seperti apa dan tidak ada bedanya dengan tahun ini.
Presiden juga mengatakan bahwa net zero emission Indonesia ditargetkan tahun 2060. Ini memang berbeda dengan target negara lain yang mematok tahun 2050.
“Saya sendiri ditanya saat G20, menyampaikan kalau untuk net zero emission Indonesia nanti di 2060. Ketika ditanya kenapa yang lain bisa 2050? Saya jawab, ya nggak apa-apa yang lain ngomong saja bisa. Jika begitu, saya juga bisa,” ungkapnya.
Baca Juga:
HUT ke-79 TNI, Ini Pesan Presiden Jokowi ke Prajurit Indonesia
Meski begitu, Presiden menegaskan bahwa Indonesia sendiri sebenarnya memiliki kekuatan dan potensi yang sangat besar dalam renewable energy. Salah satu contohnya sungai untuk dimanfaatkan sebagai hydropower.
Indonesia memiliki 4.400 sungai yang gede maupun yang sedang dan berpotensi untuk dipakai sebagai hydropower.
“Kita coba dua dulu, kita sampaikan ke Pak Menko. Coba dua. Sungai Kayan kira-kira bisa 13.000 megawatt dan Sungai Mamberamo kira-kira bisa 24.000 megawatt. Tinggal carikan investor yang bisa masuk ke sana,” ujar Jokowi.
Kemudian, Jokowi minta masukan dan kalkulasi yang detail, angka-angka kenaikannya berapa. Jika sudah ketemu dan bisa dijuruskan, dia berjanji akan menyampaikannya di pertemuan G20 Bali tahun 2022 depan.
Dalam kesempatan sebelumnya, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Darma, menyampaikan harapannya agar Rancangan Undang-undang Energi Baru Terbarukan (RUU EBT) segera diselesaikan untuk mendukung capaian netral karbon pada tahun 2060.
Untuk itu, METI minta regulasi tersebut perlu segera dibahas agar fokus bidang EBT dapat dikebut.
“RUU energi terbarukan perlu segera dibahas, agar fokus pada bidang energi baru terbarukan,” tegas Surya Darma.
Dia juga menegaskan agar regulasi ini tidak menyertakan bahasan terkait energi nuklir. Pasalnya, pengembangan pembangkit nuklir perlu dibahas secara terpisah dalam UU Ketenaganukliran.
Selain itu, METI meminta agar peraturan terkait harga energi baru terbarukan turut menyertakan tata kelola yang baik. Bukan sekadar pola negosiasi yang tidak memberikan kepastian waktu dan usaha.
Hingga kini, RUU EBT masih dalam pembahasan di DPR. Beberapa kalangan memproyeksikan aturan ini akan selesai pada akhir 2021 atau awal tahun 2022.
EBTKE ConEx adalah acara terpadu yang didedikasikan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan energi berkelanjutan di Indonesia.
Acara akan diselenggarakan pada 22-27 November 2021 di platform virtual dengan tema “The Energy Transition Scenario Toward Net Zero Emission.” [Tio]