PLNWatch.WahanaNews.co | Rumah yang dibangun di atas lahan seluas 102 meter persegi di kawasan Jakarta Selatan ini bisa mengakomodasi kebutuhan setara rumah dengan luas lahan tiga kalinya.
Rumah tersebut juga menghemat energi listrik. Kuncinya ada pada cara pembagian ruang dan panel surya.
Baca Juga:
Praktisi Lingkungan, Dadang Hermawan Sebut Tata Ruang Kota Bandung Rungkad
Rumah tersebut terletak di lahan yang cukup dekat dengan pertigaan jalan.
Arsitek Ren Katili pun membuat desain fasad yang eye-catching, tapi tidak terlalu mencolok demi mengikuti peraturan developer setempat.
Fasad dibuat berupa bentuk kotak yang tinggi dengan sudut melengkung yang membuatnya mirip tabung.
Baca Juga:
Tata Ruang Kota Bandung Dapat Sorotan Tajam Aktivis dan Pemerhati Lingkungan
Bagian samping rumah juga terasa ’’hidup’’ berkat adanya jendela di lantai 2 dan 3 itu tadi.
’’Jadi enggak sepenuhnya menghadap depan, tapi agak ke samping berkat ’pertemuan’ melalui lengkungan itu,’’ jelas Ren.
Ren mengatakan, pemilik rumah tersebut awalnya tinggal di sebuah rumah dengan luas lahan 300 meter persegi.
Karena itu, segala kebutuhan ruang di rumah lama harus dapat terakomodasi di rumah baru yang luasnya hanya sepertiganya.
Tiga lantai tersebut dibagi berdasar kebutuhan ruang. Lantai 1 dijadikan area komunal yang terdiri atas ruang tamu, area servis, dan ruang kerja yang dapat dialihfungsikan menjadi kamar tamu.
Area tersebut juga dirancang ’’terbuka’’ yang ditandai dengan banyaknya jendela lebar.
Di lantai 2, terdapat kamar anak dan ruang keluarga. Lalu beralih ke lantai 3 yang menjadi area paling privat, yakni kamar utama dan kamar mandi.
Karena sifatnya yang privat, lantai 2 dan 3 dibuat cenderung tertutup jika dilihat tampak depan. Jendela ditempatkan di area samping dan belakang.
Terdapat balkon kecil di lantai 3 untuk mengakomodasi kebutuhan pemilik rumah yang perokok
Banyaknya bukaan membuat rumah tersebut tidak memerlukan lampu dan AC di siang hari. Selain itu, pasokan listrik utama didapat dari panel surya yang dipasang di atap rumah.
Ren menjelaskan, panel surya tersebut menggunakan teknik hybrid dengan listrik PLN. Biaya pemasangannya memang mahal di awal, yakni sekitar Rp 90 juta.
Namun, menurut Ren, biaya bulanannya akan jauh lebih murah. Tagihan listrik dapat ditekan hingga 90 persen.
’’Dulu di rumah lama dengan kebutuhan listrik yang sama, biaya listrik bulanan mencapai Rp 3 juta. Tapi, setelah adanya panel surya, bayar listrik hanya Rp 300 ribu per bulan, seperti bayar listrik kos saja,’’ ungkap Ren.
Penghematan biaya listrik dalam tiga tahun sudah bisa meng-cover biaya pemasangan panel surya di awal.
Padahal, rumah tersebut memiliki banyak alat yang membutuhkan listrik. Mulai mesin kopi, kompor listrik, hingga motor listrik.
’’Jadi, kalau di rumah tetangga listriknya mati, pemilik rumah masih bisa nonton Netflix sambil update status, deh,’’ ujarnya.
Selain jendela, adanya skylight sangat membantu asupan cahaya.
Skylight ditempatkan tepat di atas tangga perforated metal dari lantai 2 menuju lantai 3. Sehingga cahaya yang masuk bisa menembus hingga lantai bawahnya.
Area cuci ditempatkan di lantai 3. Namun, area tersebut terpisah dengan kamar tidur utama.
Akses masuknya dibuat melalui lantai bawah sehingga tidak mengganggu kamar utama.
Meski sempit, area bernapas tidak dilupakan. Terdapat space kecil selebar sekitar 80 cm di samping rumah untuk sirkulasi udara. Space itu memanjang menuju ke taman belakang. [Tio]