PLNWatch.WahanaNews.co | Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengakui perusahaan setrum pelat merah yakni PT PLN (Persero) masih mengalami oversupply atau kelebihan pasok listrik.
Menurut dia, hal ini akan menjadi kendala saat perseroan melakukan transisi energi dari berbasis fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT).
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Meski begitu, Erick menekankan bahwa transisi energi ke EBT tidak dapat terelakkan lagi. Hanya saja ada beberapa catatan yang harus diselesaikan pemerintah dan BUMN.
Salah satunya yakni kelebihan pasok listrik.
"Itu kendala, tapi kan ketika tidak over supply penambahan listrik baru dengan EBT," katanya kepada wartawan saat ditemui di kawasan DPR RI, ditulis Rabu, 30 November.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Erick menjelaskan bahwa Kementerian BUMN juga terus mendorong transformasi bisnis PLN secara menyeluruh di tengah perubahan iklim, yang menuntut perusahaan mengambil langkah strategis untuk melakukan transisi energi.
"Karena kalau kita lihat, bahwa dengan keadaan tren baru global, suka tidak suka perubahan iklim ini terus terjadi," jelasnya.
Pada kesempatan ini, Erick mengaku sudah meresmikan atau meluncurkan Holding Subholding PLN.
Langkah ini akan membawa PLN menjadi perusahaan energi yang berbasis teknologi, inovasi dan berorientasi pada masa depan menuju EBT.
Subholding PLN yang dimaksud di antaranya PLN Energi Primer Indonesia, PLN Nusantara Power (Generation Co 1), PLN Indonesia Power (Generation Co 2) dan PLN ICON Plus
"Kita perlu menyadari transformasi PLN sudah kita jalankan melalui holding dan subholding, yang holding PLN akan fokus kepada transmisi dan retail," ujarnya.
"Ada subholding beyond KwH atau di luar kelistrikan, disitu ada kabel yang bermanfaat untuk ekonomi digital Indonesia, bisa mencapai Rp4.500 triliun pada 2030. Jadi kita lakukan intervensi seperti itu," sambungnya. [Tio]