PLNWatch.id | Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) sowan ke Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Geo Dipa Energi (Persero) Unit Dieng, pada Minggu (17/10).
Suharso Monoarfa, Menteri PPN, menyampaikan banyak negara di dunia yang saat ini sudah mencanangkan untuk menggunakan sumber energi baru terbarukan menjadi listrik karena energi ini tidak hanya bersih tetapi membawa ketahanan dan kemandirian energi secara nasional.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Ia mengatakan saat ini negara di Eropa sudah menetapkan Net Zero Emission (NZE) dan mulai menghentikan sebagian pembangkit listrik yang tidak menggunakan sumber energi baru terbarukan.
“Green Energy sudah menjadi keniscayaan yang tidak bisa kita hindari,” katanya, disela kunjungan ke Geo Dipa Energi Unit Dieng.
Suharso berharap pengembangan yang sedang dilakukan oleh Geo Dipa harus dapat terlaksana lebih banyak lagi. Hal ini guna mendorong pemanfaatan sumber energi panas bumi yang tidak bisa di expor bersifat site specific dan lebih besar dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dunia.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Suharso menekankan, potensi panas bumi yang luar biasa di Indonesia perlu juga penguasaan terhadap teknologi terkait industri rekayasa secara mendalam, agar penguasaan terhadap sumber daya yang dimiliki dapat dilakukan secara utuh, efektip dan efisien.
Riki Firmandha Ibrahim, Direktur Utama Geo Dipa Energi, menekankan bahwa Geo Dipa sebagai Special Mission Vehicle di bawah Kementerian Keuangan, serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang fokus di sektor panas bumi, siap untuk menjalankan berbagai penugasan yang diberikan pemerintah untuk mendorong percepatan pemanfaatan panas bumi secara eksponential sebagai sumber energi listrik untuk ketahanan dan kemadirian energi secara nasional.
“Kami mendukung visi Indonesia di tahun 2045, dimana saat itu Indonesia telah merdeka selama 100 tahun. Kami selalu menyatakan bahwa pada tahun 2045, Indonesia harus menjadi Geothermal Center of Excellence, karena energi panas bumi ini sangat mungkin menggantikan penggunaan batubara menjadi listrik dan pada tahun 2060 Indonesia dapat memenuhi target Net Zero Emission,” ujarnya.
Syamsudin, PLH Bupati Banjarnegara, mendukung penuh seluruh rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh Geo Dipa apalagi Sludge sumur Dieng memberikan nilai Lithium yang tinggi dan dapat untuk penggunaan batterei.
Pembangunan yang dilakukan oleh GeoDipa akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat, khususnya di wilayah Kabupaten Banjarnegara.
“Support kami tidak diragukan untuk Geo Dipa, apa yang dihasilkan oleh Geo Dipa itu merupakan bagian nafas bagi masyarakat Banjarnegara. Tentu ketika melakukan pengembangan ke unit selanjutnya, semakin besar harapan kami untuk kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Wacana untuk menjadikan wilayah Dataran Tinggi Dieng (DTT Dieng) sebagai Geopark Nasional terus mendapatkan dukungan Pemerintah.
Suharso, Menteri PPN, menyampaikan bahwa Bappenas mendukung agar DTT Dieng bisa segera menjadi Geopark Nasional.
Menurutnya, meskipun Dieng memiliki berbagai situs warisan geologi dan bentang alam yang bernilai, penetapan DTT Dieng sebagai Geopark Nasional harus dilakukan sesuai tahapan dan proses.
“Pengelolaan warisan dan keragaman geologi, keanekaragaman hayati, keragaman budaya harus menjadi bagian dalam rangka mendukung konservasi, edukasi geothermal, serta pembangunan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan,” kata Suharso.
Afif Nurhidayat, Bupati Wonosobo, menjelaskan bahwa Kawasan Dieng memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai Geopark Global. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara memiliki komitmen bersama untuk penetapan Kawasan Dieng sebagai Geopark.
Afif mengatakan bahwa Kawasan Dieng memiliki peran strategis dalam konstelasi nasional yang menjadi kepeduliaan masyarakat dunia mengingat tempat budaya ini merupakan tempat suci bersejarah agama hindu pertama di Indonesia.
“Dieng sudah harus dilihat sebagai penyangga wilayah super prioritas seperti Borobudur dan sekitarnya. Kawasan Dieng masih membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk peningkatan aksebilitas, konektivitas, sarana dan prasarana pariwisata, serta pertanian, khususnya pertanian holtikultura,” kata Afif. [dri]