PLNWatch.WahanaNews.co | Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan Presidensi G20 adalah momentum untuk menagih komitmen negara-negara maju untuk membantu negara berkembang dalam merealisasikan transisi energi ke Energi Baru Terbarukan (EBT).
"Pada saat Paris Agreement disepakati bahwa negara maju akan membantu negara berkembang, termasuk Indonesia yang terdiri dari bantuan teknologi, pendanaan, dan capacity building," ujar Fahmy dalam keterangan resminya dikutip di Jakarta, Selasa (2/8/2022).
Baca Juga:
Rusia: Presidensi Indonesia Sukses Jaga G20 Tanpa Politisasi
Fahmy menilai upaya Indonesia untuk mewujudkan transisi energi sesuai target diperlukan kerja sama dan dukungan dari berbagai negara maju yang telah menyampaikan komitmennya.
"Jadi dalam G20, ini adalah kesempatan bagi Indonesia untuk mengangkat persoalan transisi energi kepada dunia di forum tersebut," ujar Fahmy.
Menurut Fahmi, Indonesia bisa memperlihatkan kepada dunia keseriusan dalam melakukan transisi energi melalui industri kendaraan bermotor listrik yang saat ini sedang dikembangkan di tanah air.
Baca Juga:
Perekonomian Nasional Diyakini Mampu Lewati Hadangan “Awan Gelap” Ekonomi Global 2023
Selain itu, upaya untuk menggaet dukungan dari negara lain dan investor ini juga perlu dilakukan oleh PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) sebagai dua BUMN yang bermain di sektor energi.
“Konteks kerja sama itu kemudian memang perlu diangkat dalam agenda G20. Jadi dalam G20 agendanya adalah bagaimana memperkuat kerja sama mengembangkan EBT," ujar Fahmy.
Fahmy meyakini komitmen dari negara-negara maju itu sudah ada, sehingga forum G20 merupakan kesempatan untuk memperkuat komitmen itu, untuk nantinya diimplementasikan.