Terutama untuk potensi sumber listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT), di mana Indonesia adalah lumbung potensi EBT.
"Karena potensi listrik kita begitu besar dan tidak menutup kemungkinan ke depan kita bisa menjadi lumbung energi khususnya EBT, mau tidak mau ada perubahan agar pelayanan jadi bagus, dan bisnis terurus dengan tepat," ujar Abdul Kadir.
Baca Juga:
Diskon 50 Persen Tarif Listrik Tidak Diperpanjang, Ini Informasi Lengkapnya
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan melalui pembentukan holding subholding ini yang semula semua sistem di PLN melalui skema manual dan tercecer, maka bisa terkonsolidasi dan termonitor secara efisien.
Pembangkit yang semula terpisah saat ini dikonsolidasikan, proses bisnis yang kompleks disederhanakan, pengadaan energi primer dari semula 5 titik menjadi 1 titik, aset kelistrikan yang belum optimal dimaksimalkan lewat beyond kWh.
"Langkah ini dilakukan supaya PLN bisa lebih gesit dan lincah dalam menghadirkan kelistrikan yang andal bagi masyarakat," kata Darmawan.
Baca Juga:
Gebrakan 100 Hari, Presiden Prabowo Resmikan 37 Proyek Ketenagalistrikan Nasional
Integrasi aset melalui pembentukan subholding Generation Corporation (Genco) 1 dan Genco 2 memudahkan optimalisasi aset dan mengurangi biaya operasional tahunan di sektor pembangkitan.
"Utilisasi aset menjadi jauh lebih optimal. Dari konsolidasi aset pembangkitan Genco saja PLN bisa menurunkan Opex hingga 4 persen,” jelas Darmawan.
Ia melanjutkan, total kapasitas pembangkit yang akan dikelola Genco selanjutnya ialah 50,1 Giga Watt (GW). Dengan streamlining ini, ia yakin PLN bisa meningkatkan operasional dan manajemen ketenagalistrikan dengan proses pengadaan kebutuhan yang terpusat.