Lebih lanjut, ia menjelaskan untuk bisa menjalankan metode pertanian ini memang sangat bergantung pada listrik.
Sebab, untuk bisa merekayasa enviroment seperti cahaya, kelembapan suhu serta pompa air untuk sirkulasi air hidroponik semua bergantung pada listrik.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Kontainer berisi rak-rak hidroponik yang dilengkapi dengan lampu Grow Light LED sebagai pengatur cahaya dan sinar UV.
Selain itu dipasang air conditioner (AC) untuk mengatur suhu dan kelembapan yang sesuai dengan jenis tanamannya.
“Untuk satu project container farming butuh Lampu LED 10 watt. Kita pakai 240 lampu. Selain itu untuk kebutuhan listrik blower, sekitar 4.000 VA. Untuk AC 1.000 VA. Jadi total 5.500 VA,” ungkapnya.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Pada udara terbuka, sayuran hidroponik seperti pokcoy mempunyai masa tanam 30-45 hari hingga panen. Sedangkan di dalam kontainer, waktu tanam bisa dipangkas hanya 25-30 hari.
“Keunggulan metode ini selain kecepatan masa tanam yaitu tanaman lebih steril bebas hama serangga serta binatang lainnya yang memakan tumbuhan,” ujarnya.
Tanaman ditanam menggunakan rak hidroponik bersusun sehingga pada luas lahan yang sama akan mendapat hasil yang lebih banyak dibanding menanam langsung di tanah.