“Kalau alam rusak, tentu kami warga setempat yang paling pertama merasakan dampak buruknya. Jadi, pola kemitraan dalam menjaga lingkungan mesti dipertahankan,” ujarnya.
Alih fungsi lahan menjadi tantangan kelestarian alam Kamojang.
Baca Juga:
Mahkamah Konstitusi Terima 206 Permohonan Sengketa Pilkada Kabupaten hingga Provinsi
Selain dimanfaatkan untuk kebun tanaman semusim seperti sayuran, sejumlah bidang lahan terjual juga digunakan sebagai lokasi wisata dan tempat berjualan.
Kondisi ini berpotensi mengancam menurunnya daya dukung lingkungan, terutama di kawasan resapan air.
Manajer Operasi dan Pemeliharaan PT Indonesia Poiwer Kamojang POMU (Power Generation and O&M Services Unit), Wahyu Somantri, mengatakan, ketersediaan air sangat penting dalam mendukung operasional PLTP.
Baca Juga:
ASDP Gandeng Bank Indonesia Perkuat Distribusi Uang Rupiah hingga ke Pelosok Negeri
Oleh karenanya, penanaman pohon akan membantu tanah menyimpan air sehingga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uap panas.
“Ibaratnya air itu digodok di dalam tanah dan menghasilkan uap. Kalau airnya habis, bagaimana uapnya bisa dihasilkan? Jadi, dengan menanam pohon, akan menjaga kontinuitas air di reservoir,” jelasnya.
PT Indonesia Power Kamojang POMU juga mengelola PLTP Darajat berkapasitas 55 MW di Kabupaten Garut, PLTP Gunung Salak (3 x 60 MW), dan PLTP Ulumbu di Nusa Tenggara Timur (4 x 2,5 MW).