Pada saat itu, sistem listrik Bangka tercatat nyaris menyentuh ambang batas daya mampu sebesar 191,5 MW, sehingga total cadangan daya hanya tersisa sebesar 1,3 MW.
Dengan adanya interkoneksi ini, cadangan daya di pulau bangka meningkat menjadi 281 MW dan akan meningkat secara bertahap.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Dengan rata-rata pertumbuhan penjualan tenaga listrik dalam 3 tahun terakhir sebesar 8,52 persen, pulau Bangka menjadi salah satu daerah dengan tingkat pertumbuhan tenaga listrik yang cukup tinggi di Indonesia.
Hak tersebut disebabkan oleh menggeliatnya industri perikanan, berkembangnya industri pengolahan sawit, pasir kuarsa, smelter timah dan pariwisata.
Proses pembangunan sistem interkoneksi kabel listrik bawah laut Sumatera-Bangka memiliki tingkat kompleksitas yang bervariatif dalam setiap tahapan, mulai dari survei lokasi, proses perizinan, penyediaan lahan dan ruang bebas sebelum akhirnya masuk pada fase konstruksi yang secara garis besar terbagi menjadi 3 section utama.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Section 1 merupakan pembangunan Landing Point Tanjung Carat dan Transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV serta Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kV sepanjang 20 kilometer yang terletak di pulau Sumatera.
Section 2 berupa pekerjaan penggelaran kabel laut sepanjang 36 kilometer yang terbentang menghubungkan pulau Sumatera dan pulau Bangka.
Section 3 yaitu pembangunan Landing Point Muntok dan Transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV sepanjang 9,16 kilometer di sisi Pulau Bangka.