PLNWatch.id | Di tengah jeratan utang yang menimpa perusahaan raksasa properti Evergrande, Cina terbelit persoalan listrik. Krisis listrik ini diperkirakan bakal menghantam ekonomi Cina jauh lebih keras dibandingkan kasus Evergrande.
Analis memperkirakan kondisi krisis listrik dan juga kasus Evergrande akan menyusutkan pertumbuhan ekonomi Cina pada kuartal tahun ini.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
“Perhatian pasar yang sekarang terfokus pada Evergrande dan pembatasan Beijing pada sektor properti, kejutan dari sisi lainnya terlewatkan,” kata nalis Nomura Holding Inc., Ting Lu, dikutip dari Bloomberg.
“Dampak perlambatan ekonomi Cina akan berdampak secara global. “Pembatasan listrik akan beriak dan berdampak pada pasar global,” kata Lu.
“Pasar global akan segera merasakan kekurangan pasokan dari produk tekstil, mainan hingga suku cadang mesin,” sambungnya lagi.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Saat ini pemerintah Cina membatasi penggunaan listrik seiring konsumsi listrik yang terus meningkat sedangkan harga batu bara dan gas terus melonjak.
Analis Morgan Stanley mengatakan 60-70% pembangkit listrik tenaga batu bara melaporkan kerugian karena harga yang tinggi. Selain itu, penambang tidak memenuhi kontrak pasokan jangka panjang.
Bloomberg menyebutkan krisis listrik ini membuat 20 dari 34 provinsi di wilayah Cina mengumumkan pemadaman listrik terutama bagi industri berat. Ke-20 provinsi tersebut menyumbang 66% terhadap produk domestik bruto (PDB) Cina.