Keberhasilan operasi unit pertama oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) itu pun kemudian diikuti dengan pembangunan dan pengoperasian pembangkit Unit 2 pada 2007, Unit 3 (2009), dan terakhir Unit 4 (2011).
Semuanya berkapasitas 20 MW, sehingga total daya terpasangnya mencapai 80 MW.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Hari ini, PLTP Lahendong menjadi salah satu tulang punggung sistem kelistrikan di Sulawesi Utara dan Gorontalo (Sulutgo).
Berkat uap panas yang tak pernah berhenti mengepul dari perut bumi itu, PLTP Lahendong pun menjadi pembangkit base load yang dapat bekerja sepanjang waktu untuk menanggung kebutuhan pelanggan.
“Sepanjang 2020, kami memproduksi listrik sebesar 515 gigawatt jam (GWh), atau berkontribusi kira-kira 21 persen pada produksi sistem kelistrikan Sulutgo. Untuk konsumsi rumah tangga, itu setara dengan melistriki 61.500 rumah dengan daya 1.300 VA (volt ampere) setiap hari,” kata Manager Unit Layanan PLTP Lahendong, Aminudin Wahib, ketika ditemui wartawan di kantornya, Rabu (29/9/2021).
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Sepanjang Januari-Agustus 2021, empat unit PLTP Lahendong telah memasok energi listrik sebesar 340 GWh.
Capaian ini bisa diwujudkan juga berkat kolaborasi dengan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), yang mengelola 14 sumur produksi panas bumi sedalam sekitar 2.800 meter untuk memasok uap ke pembangkit PT PLN.
Dengan sistem single flash steam, uap yang sudah dipisahkan dari fluida geotermal dialirkan dengan pipa sepanjang 1-3 kilometer ke tabung demister untuk menghilangkan butiran-butiran cair yang masih terbawa.