Murah dan Bersih
Komponen harga itu turut menjadikan PLTP Lahendong sebagai salah satu PLTP dengan Biaya Pokok Produksi (BPP) termurah di dunia, yaitu Rp 1.227 alias 8,6 sen dollar AS per kWh.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Harga itu masih lebih murah ketimbang tarif listrik rumah berdaya 900 VA, yaitu Rp 1.352 per kWh.
Uniknya, pembelian uap dari PT PGE (komponen C) sebagai sumber energi primer adalah penyusun terbesar BPP.
“Sisanya, yaitu nilai depresiasi aset (komponen A), biaya kepegawaian dan pemeliharaan (komponen B), serta pelumas dan bahan kimia (komponen D), jika ditotal hanya 2,4 sen dollar AS (Rp 374) per kWh,” ujar Wahib.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Manajer Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan (UPDK) Minahasa PLN, Andreas Arthur Napitupulu, menyebut BPP PLTP Lahendong kini hanya bersaing dengan salah satu PLTP di Selandia Baru.
Hal ini membuktikan, upaya efisiensi dalam operasi dan perawatan telah berjalan dengan sangat baik.
“Kami juga terus berupaya mengoptimalkan tenaga kerja serta perawatan yang lebih prediktif. Dan, yang paling penting, adalah menjalankan tata kelola pembangkit dengan konsisten,” kata Andreas mengenai PLTP yang diperkuat 103 tenaga kerja itu.