Kini, dari seluruh pembangkit di Sulutgo yang daya mampunya mencapai 620 MW, bauran EBT sudah menyentuh 33 persen.
Angka itu sudah termasuk 12,9 persen dari empat pembangkit PLTP Lahendong yang dikelola PLN.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Pada saat yang sama, pemanfaatan panas bumi di Sulut pun semakin besar berkat dua unit pembangkit lain yang dibangun dan dioperasikan sendiri oleh PGE sejak 2017, yaitu Unit 5 dan 6, yang masing-masing berkapasitas 20 MW.
PLN tinggal membeli listrik yang dihasilkan untuk didistribusikan kepada pelanggan dengan biaya 11 sen dollar AS (Rp 1.563) per kWh.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Berkelanjutan
Lalu, sampai kapan PLTP Lahendong bisa mengonversi panas bumi menjadi listrik?
“Berdasarkan evaluasi aset 2019 lalu, PLTP Lahendong masih memiliki nilai manfaat hingga 40 tahun kemudian, atau masih bisa beroperasi sampai 2059,” kata Andreas.